Walter
Elias Disney - Pendiri Walt Disney
Walter Elias Disney
dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901 dan kemudian meninggal di
Burbank, California, Amerika Serikat pada tanggal 15 Desember 1966 di usia 61
tahun. Ibunya, Flora Call adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney
seorang keturunan Irlandia Kanada. Namun ada satu gagasan yang selalu mengusik
pikiran Walt Disney gagasan bekerja sendiri terutama karena ia telah mendengar
bahwa sebagian karyawan akan tidak diperlukan bila musim sibuk berlalu. Ia
gembira dengan prospek itu karena dua hal. Pertama, ia ingin berdiri sendiri,
dan kedua, ia sangat ingin melakukan sesuatu yang baru dan orisinil, tidak
hanya memenuhi keinginan bos dan para pelanggan. Disney, bersama dengan seorang
teman, Ube Iwerks, mendirikan agen seni periklanannya yang pertama.
Pelanggannya yang pertama adalah suatu rangkaian restoran. Disney dan temannya
berhasil membuat kesepakatan dengan restoran untuk membangun bengkel kerjanya
di bangunan restoran baru itu tanpa membayar sedikit pun. Sebagai imbalan,
mereka harus membuat poster-poster iklan untuk restoran itu.
Di samping bekerja
untuk memenuhi kontrak ini, mereka bebas untuk mengerjakan proyek lain. Untuk
menarik pelanggan, Walt merancang suatu rencana khusus. Ia akan pergi ke suatu
toko atau perusahaan dan mencari tahu apakah mereka mempunyai suatu bagian
seni. Orang yang memegang pimpinan mungkin menjawab bahwa bagian itu tidak
diperlukan. Lalu Walt akan menawarkan jasanya atas dasar freelance, hubungan
lepas. Kalau perusahaan itu tidak mempunyai pekerjaan yang harus dikerjakannya,
tidak apa-apa. Tetapi kapan pun ada pekerjaan semacam itu yang harus
dikerjakan, Walt dan temannya siap memberikan jasanya. Dalam waktu singkat,
cara kerja semacam itu memungkinkan Walt dan temannya menabung cukup banyak
uang yang tak mungkin dikumpulkannya andaikan mereka bekerja pada satu
perusahaan saja.
Bisnis ini tampak
memberikan harapan besar, tetapi pada suatu hari Walt menemukan suatu iklan
dalam koran yangmenyatakan bahwa Kansas City Film Ad Company memerlukan seorang
kartunis. Ia menghadapi dilema: Apakah ia akan mempertahankan bisnisnya dengan
Ube atau akan mencoba memenuhi impian sejak masa kanak-kanaknya untuk membuat
animasi kartun? Sekali ia telah menguasai kemahiran baru, tak ada yang akan
menghalangi dia memulai usahanya sendiri kembali.
Pertimbangan ini
mendorong dia memberatkan menerima pekerjaan itu. Pada tahun 1920, Disney
akhirnya memasuki dunia animasi kartun. Ia akan segera menciptakan sebuah nama
bagi dirinya di bidang itu, dan tokoh-tokoh perannya akan menjadi populer di
seluruh dunia.
KC Film Ac Company
memegang tanggung jawab atas segala aspek iklan film dan tak berapa lama
menyadari kemampuan kartunis muda ini. Tak lama sesudah mulai, Walt diberi
tugas membuat poster seorang pria yang mengenakan topi menurut mode mutakhir.
Walt menggambar poster itu, tetapi hidung orang itu digantikan dengan gambar
bohlam! Ketika poster itu ditampilkan di layar, bos berseru: “akhirnya muncul
sesuatu yang baru di tempat ini: Saya sudah bosan dengan wajah-wajah cantik
ini.”
Keorisinilan dan visi
Walt tentang barang-barang di sekelilingnya membuat beberapa teman dan atasan
kurang senang. Mereka sebenarnya iri dan menganggap dia pengacau. Oleh sebab
itu, mereka tidak mau membiarkan dia mencoba suatu teknik baru untk
menyempurnakan kartun-kartunnya. Ia mempunyai gagasan cemerlang membuat
beberapa lukisan dan seluloid, lalu memotretnya dan menumpuknya dan akhirnya
memfilmkannya. Pimpinan tidak mau mendengar hal semacam itu. Mereka merasa
bahwa cara kerja mereka yang lama sudah cukup memberikan hasil sampai saat itu.
Mereka tidak melihat alasan untuk mengubah teknik-teknik mereka, karena dengan
cara itu pun para pelanggan sudah puas. Walt Disney tahu bahwa dia benar.
Setelah berbulan-bulan membujuk bosnya, Walt akhirnya diperbolehkan membawa
pulang salah satu kamera perusahaan untuk melakukan beberapa percobaan. Sejak
saat itu, Walt Disney tidak pernah lagi berpaling ke belakang.
Di sebuah garasi kosong
yang sudah dirombak jadi studio, ia mulai membuat film-film animasi pendek
dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan hasilnya
kepada seorang pemimpin bisokop terkenal. Orang itu sangat terkesan. Sketsa-sketsa
dan teknik film Walt sangat berbeda dengan yang sudah-sudah. Film kartunnya
yang pertama segera diputar di bioskop-bioskop.
Pada mulanya
kartun-kartun ini dimaksudkan untuk menggantikan iklan-iklan agar penonton
terus menikmati apa yang muncul di layar selama selang waktu. Walt menyebut
film-film itu “Laugh-O-Grams.” Film-film kartun Walt disenangi penonton dan
sejak itu di Kansas City Walt Disney tidak lagi diejek sebagai si orang muda
eksentrik” tetapi disegani. Gajinya naik. Dalam waktu singkat Disney menjadi
orang terkenal di kota itu.
Ia mengembalikan kamera
yang dipinjamnya dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Film-film
kartun menjadi semakin populer. Walt Disney menyewa ruang kantor yang lebih
luas untuk usaha kecilnya, Laugh-O-Grams Corporation dengan modal awal sebesar
$15.000. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk
mempromosikan Laugh-O-Grams di New York City. Impiannya untuk mandiri menjadi
kenyataan pada waktu ia baru berumur 20 tahun.
Ia kemudian memutuskan
untuk keluar dari KC Film untuk bekerja sendiri sepenuhnya. Tetapi sukses tidak
terjadi dengan sendirinya. Biaya produksi tinggi dan sikap perfeksionis Walt
Disney (yang membuat dia menanamkan kembali semua uang hasilnya untuk
memperbaiki hasilnya), disamping pasaran yang sangat terbatas, segera
mengakibatkan kebangkrutan.
Ini merupakan masa
suram dalam hidupnya; ia telah beranggapan bahwa masa sulitnya akhirnya
berlalu. Ia tidak beruang sedikitpun dan terpaksa tinggal di bengkel dengan
makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang dia miliki.
Lebih jelek lagi, sekali seminggu ia harus pergi ke stasiun kereta api untuk
mandi.
Akhirnya ia berhasil
mendapatkan kontrak pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak
pentingnya menyikat gigi. Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun ini
datang menemuinya dan mengajak dia ke kantornya. “Tidak bisa,” jawab Disney.
“Mengapa?” tanya dokter itu. “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya
sepatuku ada di tempat tukang sepatu untuk direparasi, dan saya tidak punya
uang untuk mengambilnya.”
Walaupun menghadapi
keadaan yang serba menyusahkan. Walt Disney tidak putus asa. Ada sebuah gagasan
di otaknya. Pada suatu malam bulan Juli 1923, dengan membawa semua uang di
dalam saku baju setelan tuanya dari kain minyak berwarna abu-abu, pemuda kurus
kering ini naik kereta api menuju Hollywood. Ia bertekad kuat untuk menjadi
orang penting dalam dunia perfilman.
Ketika tiba di
Hollywood, Walt Disney hanyalah satu di antara banyak orang yang mengharapkan
mewujudkan cita-citanya. Kakaknya Ray telah tinggal di California beberapa
waktu lamanya, dan ia dengan senang hati mengundang adiknya tinggal di
rumahnya. Walt mulai mengunjungi studio-studio film satu per satu. Ia bersedia
bekerja apa saja asal ada hubunganya dengan berfilman.
Untuk maju dalam suatu
bidang keahlian khusus, orang harus masuk ke dalamnya apa pun pengorbanannya.
Disney segera menyadari betapa sulitnya masuk ke studio-studio film Hollywood.
Banyak orang lain sebelum dia telah melamar kerja, tetapi ditolak. Walt Disney
tidak menjadi patah semangat karenanya. Kalau ada orang lain yang berhasil
masuk, mengapa ia tidak? Di matanya, ada dua macam orang: Mereka yang merasa
kalah dan terlantar bila mereka tak dapat menemukan pekerjaan dan mereka yang
dapat mencari penghasilan dengan cara apa pun dalam masa sulit. Disney selalu
berusaha keras agar termasuk dalam golongan kedua.
Pengalaman mengajar dia
bahwa orang harus sepenuhnya mengandalkan diri sendiri. Ia kembali ke papan
gambar dengan kemauan keras untuk mencari tempat bagi dirinya. Ia menggambar
film-film komik dengan maksud dijual kepada pengusaha bioskop. Ia hanya
menggunakan kembali pengalaman yang sudah diperolehnya di Kansas City dengan
Laugh-O-Grams. Ada seorang pemilik gedung bioskop yang begitu tertarik sehingga
ia membeli berseri-seri film komik. Ia bahkan memesan rangkaian cerita Alice in
Wonderland yang telah mulai dibuat oleh Walt Disney di Kansas. Kepada Disney
ditawarkan uang $1.500. Jumlah sebesar itu jauh lebih besar daripada yang
diharapkan. Rangkaian seri Alice in Wonderland ini diputar berurutan sampai
tiga tahun. Dengan hasil penjualannya Walt Disney bisa membeli rumah dan bahkan
membangun studio filmnya sendiri. Sesudah film-film Alice in Wonderland, Walt
ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang benar-benar orisinil. Maka
lahirlah makhluk kecil cerdik yang disebutnya “Mickey Mouse”, nama yang
diberikan oleh istri Disney, Lillian Bounds. Mickey Mouse dengan cepat menjadi
bintang tenar di seluruh dunia, dan bahkan lebih terkenal daripada banyak
bintang Hollywood. Walaupun demikian, pada mulanya para produser menyambut
kedatangan Mickey dengan kurang bersemangat.
Kira-kira pada waktu
itu, film berbicara mulai muncul dan orang mulai memboikot film bisu. Disney
pun bereaksi. Dengan kelompok pembantunya, ia memperkenalkan suatu metode baru
untuk mensikronkan suara dan animasi. Walt terus mencari teknik-teknik baru
untuk memperbaiki kemahirannya. Ia menerapkan pula proses: “teknikolor” yang
baru. Dengan teknik baru ini ia tidak perlu lagi menggunakan kombinasi dua
warna. Dalam film Bambi, ia menggunakan 46 rona warna hijau untuk hutannya.
Kartun berwarnanya yang pertama, Silly Symphony, membuat para penggemar film
kegirangan.
Disney makin menyadari
bahwa kalau ia mau terus berkarya dengan skala yang lebih besar, ia harus
membangun suatu kelompok berotak cerdar, artinya ia harus mengelilingi dirinya
dengan asisten-asisten orang pintar yang mampu menawarkan produk bermutu. Untuk
memantapkan diri, kami tahu bahwa kami harus melatih sendiri para asisten.
Disney merasa bahwa
para kartunis yang bekerja padanya terlalu sering menggunakan cara-cara tipu
daya kuno. Ia tahu bahwa satu-satunya cara mengubah keadaan ini adalah dengan
mengadakan kursus-kursus latihan bagi mereka. Tujuannya sederhana: memperbaiki
mutu lukisan dan teknik animasi. Ketika perusahaannya terus bertambah besar, ia
memutuskan pada tahun 1930 untuk mendirikan sekolahnya sendiri, tempat ia akan
mengajarkan segala teknik animasi kartun kepada calon-calon kartunis. Sekolah
itu segera mulai tampak seperti kebun binatang. Soalnya, untuk membuat
tokoh-tokoh kartunnya lebih realistic Disney telah mengubah ruang kelasnya
menjadi laboratorium biologi kehidupan nyata dengan berbagai binatang yang
diamati oleh para siswa dalam aneka perilaku dan sikapnya selagi tidur, jaga,
makan, dan lain-lain. Pengamatan ini akan membantu dia pula untuk membuat
film-film dokumenter tentang keajaiban alam pada waktu yang akan datang. Pada
tahun 1938, Disney memperkenalkan film animasi panjang tajuk karangannya yang
pertama, Snow white. Untuk membuat film ini ia membutuhkan waktu dua tahun
penuh kerja keras. Film tersebut merupakan salah satu karya besarnya.
Tidak lama sesudah itu,
ia membangun studio film modern di Burbank, California. Di tempat itu ia akan
mempekerjakan sebanyak 1.500 orang. Sampai di situ ia tampaknya telah mencapai
apa yang diimpikannya. Setahap demi tahap ia menjadi apa yang diinginkannya
dahulu. Saya hanya bekerja dengan baik kalau ada hambatanm yang harus kuatasi.
Saya khawatir bila segala sesuatu berjalan dengan terlalu lancar karena saya
takut terjadinya perubahan mendadak dalam situasi ini.
Setelah Perang Duinia
II, Ray dan Walt Disney menerima beberapa kontrak dari ketentaraan untuk
membuat film dokumenter dan poster perang. Begitu perang selesai, bisnis makin
sibuk bagi Disney Studios, dan Walt semakin mencurahkan perhatiannya pada
keahlian seninya. Ia sering bekerja sampai larut malam. Konon, ia sering
membongkar-bongkar keranjang sampah kertasnya untuk melihat isinya. Pada
keesokan harinya ia akan menyuruh aistennya untuk meneliti apa yang
ditemukannya; katanya, potongan-potongan kertas ini sering kali mengandung
gagasan besar. Pada masa itulah Walt Disney menciptakan kebanyakan film
besarnya, antara lain Cinderella, Peter Pan dan Bambi.
Pada tahun 1950-an,
impian fantasmagorik Walt Disney-Disneyland mulai berkembang. Pada waktu itu,
semua temannya, terutama bankir-bankirnya, menyatakan bahwa proyek ini
gila-gilaan. Sekali lagi, Disney akan menunjukkan bahwa impian manusia dapat
menjadi kenyataan.
Gagasan menciptakan
Disneyland muncul, ketika ia berjalan-jalan di taman dengan kedua putrinya,
Sharon dan Diana. Ia membayangkan sebuah taman wisata sangat luas tempat
anak-anak dapat bertemu dengan tokoh kartun yang mereka sayangi. Ketika Walt
Disney akhirnya memutuskan untuk proyek tersebut, tidak ada seorang pun atau
apa pun dapat mengubah keputusannya.
Disneyland akhirnya
terwujud di Anaheim, California, pada tahun 1955. Hari itu hari besar bagi Walt
Disney. Ia berkata: Andaikata saya mendengarkan saya sendiri, tamanku ini tidak
akan selesai. Inilah, akhirnya, sesuatu yang dapat saya sempurnakan
terus-menerus. Pada tahun 1985, Disneyland menyambut pengunjungnya yang ke-250
juta. Ketika Walt Disney meninggal pada tahun 1966, bioskop kehilangan salah
seorang penciptanya yang paling besar. Dua prinsip penting telah memotivasi
seluruh hidupnya: melakukan apa yang dia nikmati dan percaya akan
gagasan-gagasannya. Tanpa prinsip-prinsip ini, ia tak akan pernah menjadi Walt
Disney yang besar: penerima 900 tanda kehormatan, 32 Oscar, lima Emmy, dan lima
doktor honoris causa, perintis sejarah animasi dan salah seorang manusia
terkaya di dunia. Ia telah mewujudkan impian-impiannya jauh melebihi harapannya
yang paling muluk.
Komentar
Posting Komentar