AKSIOLOGI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Oleh Ais Zulfa Muazahroh
(19130037)
Pendidikan sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang bersumber dari Alquran dan hadis, maka pendidikan memiliki nilai-nilai yang diadopsi dari kedua sumber hukum agama tersebut. Pendidikan harus mampu menjadikan manusia sebagai Insan Kamil yang berperan menjadi khalifah di muka bumi.
Di dalam artikel ini penulis akan memaparkan mengenai aksiologi dalam pendidikan Islam. Aksiologi pendidikan Islam yang di dalamnya memuat tentang nilai dalam pendidikan Islam tujuannya yaitu untuk menemukan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan Islam.
Kata aksiologi berasal dari Yunani, axios yang berarti sesuai atau wajar, sedangkan logos yang berarti ilmu. Dengan kata lain, aksiologi juga disebut teori nilai.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mengkaji tentang asas tujuan pemanfaatan pengetahuan atau cabang filsafat yang menyelidiki hakikat nilai, yang ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. (Suparlan Suhartono, 2008: 128)
Jadi, aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Aksiologi yang meliputi nilai-nilai parameter bagi Apa yang disebut dengan kebenaran atau kenyataan. Dalam pendekatan aksiologi ini, ilmu harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dengan cara melihat berbagai aspek kehidupan yang melingkupinya. (Endang Komara, 2011: 14-15)
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu:
a. Etika : bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat, prilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik.
b. Estetika : bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan dikhotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya. (Abdul Halik, 2020: 18)
Ada dua kategori dasar sosiologi yaitu objektivisme dan subjektivisme. Dari sini, ada empat pendekatan etika yaitu teori nilai intuitif, teori nilai rasional, teori nilai alamiah dan teori nilai emotif. (Hamdani, 2011: 25)
Dalam pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan, diperlukan etika profetik. Yakni etika yang dikembangkan atas dasar dasar nilai-nilai ilahiyat bagi pengembang dan penerapan ilmu pendidikan. (Uswatun Chasanah, 2017: 87)
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan diadopsi dari nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran dan hadis. Melalui nilai-nilai pendidikan yang di antaranya yaitu nilai Ihsan, nilai ibadah, nilai masa depan, nilai kerahmatan, nilai tabsyir, nilai amanah dan nilai dakwah.
Maka pendidikan mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik secara optimal berdasarkan norma agama.
Aksiologi pendidikan sangat berkaitan dengan ilmu dan pengetahuan. Oleh karenanya, kajiannya mengarahkan pada dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran. Maka dari itu perlu dipahami bahwa aksiologi pendidikan secara esensial merupakan terwujudnya anak didik yang memahami ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Anas Salahuddin, 2011: 138-139)
Tujuan dari pendidikan Islam sendiri yaitu untuk menjadikan manusia yang memiliki kepribadian seperti yang termuat di dalam Alquran dan hadis. Maksudnya yaitu tujuan pendidikan Islam bukan saja diarahkan menjadi manusia yang mengamalkan ajaran agama dan akhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian dan sosial, sesuai dengan tuntutan dalam menjadikannya mampu menunaikan tugas sebagai khalifah dan insan yang mengabdi kepada Allah Swt. (Abdul Halik, 2020: 21)
Aksiologi pendidikan Islam lebih mengarah kepada orientasi, tujuan, dan nilai pendidikan Islam. Islam mengajarkan tujuan hidup manusia untuk beribadah, menjalankan tugas sebagai abid dan sekaligus sebagai khalifah fil ardh. Kedua tugas utama manusia tersebut dapat terealisasi dengan optimal apabila pendidikan Islam dapat mengambil peran yang efektif. Kedua tugas utama tersebut dapat terealisasi apabila pendidikan islam mensinergikan program-program pendidikan Islam yang dimaksud. Oleh karena itu, pendidikan Islam dalam dimensi aksiologi mengantarkan peserta didik agar dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik dan bahagia, baik kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Komentar
Posting Komentar