Review Film “Before The
Flood”
Before
the Flood adalah film dokumenter Amerika Serikat produksi tahun 2016. Dirilis tanggal 21 Oktober 2016, dengan durasi filmnya 96
menit serta berbahasa Inggris namun film ini sudah diterjemahkan hampir seluruh
bahasa yang ada di dunia. Film ini berisi
tentang perubahan musim yang
disutradarai oleh Fisher Stevens. Film ini merupakan kolaborasi produksi antara Stevens, Leonardo DiCaprio, James
Packer, Brett Ratner, Trevor
Davidoski, dan Jennifer Davisson Killoran. Martin Scorsese bertindak selaku eksekutif produser. Selain Leonardo DiCaprio
sebagai pemeran utama, ada beberapa tokoh yang terlibat dalam film dokumenter
ini antara lain Barack Obama, Pope Francis, Sunita
Narain, Anote Tong,
John Kerry, Elon Musk,
Alejandro
Inarritu, Piers Sellers, dan Johan
Rockström.
Before The Flood diproduksi selama tiga
tahun perjalanan ke berbagai tempat dibelahan dunia, yang dilakukan Leonardo DiCaprio bersama tim kreatif dan
sutradara Fisher Stevens. Mereka pergi ke setiap sudut bumi untuk mendokumentasikan
dampak dari perubahan musim. Dan bertemu dengan para ahli, ilmuan, politikus,
aktifis, dan orang-orang yang mempunyai peran dalam penanggulangan perubahan
iklim. Film ini juga memberikan gambaran tentang individu, media, dan kelompok
yang tidak percaya dengan Global Warming. Film ini sendiri dilatarbelakangi oleh pengukuhan Leonardo
DiCaprio sebagai Duta Perdamaian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
2014 silam. Dalam perjalanannya, Leonardo DiCaprio diajak untuk mengunjungi
berbagai pelosok di belahan bumi dan melihat langsung dampak-dampak yang
ditimbulkan dari pemanasan global (Global Warming). Pemanasan global ini timbul
sebagai akibat dari pemanfaatan sumber energi yang berlebihan. Dalam setiap
perjalanan yang dilakukannya, Leonardo DiCaprio selalu mendapati cerita-cerita
yang berbeda, namun semuanya bermuara pada akar permasalahan yang sama yaitu, Global
Warming.
Film dokumenter ini sebenarnya lebih
fokus terhadap bagaimana peran fossil fuel dan bagaimana penanganannya terhadap
Global
Warming. Fossil fuel (minyak bumi, gas bumi, dan batu
bara) mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi negara-negara industri
karena harganya yang sangat murah dan memproduksi energi yang besar.
Leonardo DiCaprio mengunjungi beberapa wilayah yang mendapatkan
dampak dari pemanasan global. Yaitu Kepulauan Baffin, Canadian Arctic.
Pada saat tanggal 14 juli Leonardo DiCaprio beserta
rombongannya berada di tengah benua Artik. Es yang ada disitu semakin hari
semakin berkurang yang dulunya banyak bongkahan es yang keras dan berwarna biru
dan sekarang sudah tidak ada lagi.
Pada
saat mengunjungi Kangerlussuaq, Greenland, Leonardo DiCaprio mendapati turunnya permukaan dataran es sedalam 35 kaki (10
m) selama 5 tahun dan itu hanya ketinggian belum menghitung luas dataran es
nya.
South
Florida, dimana ada fenomena terjadi yang dinamakan Sunny Day Floading,
ketika permukaan laut tinggi hingga air masuk ke dalam kota membanjiri
jalan-jalan perkotaan melalui saluran drainase yang berada di kota Miami.
Dikarenakan mencairnya es yang berada di kutub utara.
Cina
adalah negara penyumbang polusi nomer satu di dunia, 35 tahun yang lalu Cina
telah melalui industrialisasi dan urbanisasi besar-besaran. China menjadi
pabrik dunia, yang memproduksi berbagai macam produk, Hasilnya terdapat banyak polusi
di negara mereka. Pembangkit batu bara dan industri di sekitar kota Beijing dan
Shandong merupakan bukan area yang besar tetapi banyak menggunakan batubara
untuk energi industri. Masyarakat China sendiri khawatir dengan perubahan iklim
dan dapat berdampak dengan kesehatan mereka setiap harinya. China begitu padat
dengan industri dan polusi manusia. Sekitar 9000 perusahaan yang memenuhi
standar dan tidak memenuhi standar. Pemerintah China mulai mengambil
kebijakan dengan rencana jangka panjang untuk pengembangan energi terbarukan. Yang
sekarang sudah terlihat seperti pembangkit angin dan panel surya.
India
adalah suatu negara penyumbang polusi terbesar ketiga di dunia, namun negara
itu masih berkutat dengan kekurangan energi dan pemadaman bergilir. Di India ada
sekitar 300 juta penduduk yang belum mendapat akses energi seperti listrik dan
kebutuhan sehari-hari. Penduduk India mengunakan kotoran sapi untuk bahan
bakar. India memiliki cadangan batubara, mungkin nomor 3 atau 4 cadangan
batubara terbesar di dunia.
Abaian
Kiribati, salah satu negara kepualan kecil yang tidak lama akan lenyap dari
permukaan Bumi. Negara ini perlahan sedang tengelam. Anote Tong presiden
Kiribati mengatakan pulau mereka sudah di bawah permukaan laut. Penduduk disana
sedang bermigrasi. Dan dulunya terdapat pemandangan yang sangat cantik dari
bawah laut berupa pemandangan terumbu karang yang indah. Dan juga terdapat
berbagai macam jenis ikan hidup di sana. Namun apa yang ada sekarang hanyalah
fosil terumbu karang yang sudah tidak cantik lagi dan banyak ikan sudah tidak
hidup disana lagi.
Dalam
30 tahun terakhir 50% batu karag telah menghilang. Lautan adalah tenaga penahan
besar karena mereka menyerap CO2. Mereka menyerap hampir 25% CO2 yang telah
kita buang ke atmosfe. Oleh kaena itu laut sebagai penstabil iklim di dunia.
Leonardo DiCaprio sempat datang ke Indonesia dan melakukan pengambilan
gambar. Dia mengatakan hutan adalah paru paru dunia. Gas CO2 diserap oleh
hutan, dan pohon membantu membersihkan gas CO2. Ketika kita menghapus hutan dan
membakar hutan, sama saja mengembalikan polusi gas CO2 sangat besar ke atmofer
Indonesia. Perambahan hutan hanya disebabkan ulah perusahaan perkebunan sawit,
untuk memproduksi minyak goreng lebih murah, membuat bahan kosmetik, sabun
pembersih. Menjadi komoditi murah yang disuplai bagi perusahan lain dengan
mengorbankan pohon untuk perkebunan sawit. Leuser, salah satu tempat gajah,
badak, orang utan dan harimau hidup bersama di alam liar terakhir. 80% hutan
sudah diambil perkebunan. Perusahaan menyuap pejabat pemerintah dan mereka
membakar hutan. Kunjungan Leonardo
DiCaprio sempat
membuat sensasi, karena dikhawatirkan akan diskreditkan perusahaan di
Indonesia. Tapi menteri Siti Nurbaya, menyebut Leonardo DiCaprio didampingi oleh staf pemerintah. ketika berkunjung melihat
orang utan (Guardian).
Menurut
saya, yang menjadi kekuatan utama dari film dokumenter ini terletak pada alur
penceritaannya yang sangat rapi dan berkesinambungan, tentu saja selain
Leonardo DiCaprio sebagai tokoh
utamanya. Hal ini tentu menjadi salah satu hal positifnya. Sutradara dan
penulis naskah tampaknya telah memahami satu sama lain. Hal ini terlihat dari
alur penceritaan yang dalam dan kerap diselingi suara Leonardo DiCaprio yang juga
bertindak sebagai narator. Penuturan yang disampaikan Leonardo DiCaprio mampu membuat penonton meresapi pesan berdasarkan
pengalamannya. Alur cerita dibuka dengan perspektif menarik. Film ini pun
berusaha membangun perspektif penonton mengenai bagaimana usaha Leo dalam
mencari arti dari lukisan tersebut berdasarkan perjalanan-perjalanan yang
dilakukannya. Hingga pada akhirnya, Leo sendiri mampu menemukan arti dari pesan
tersirat pada lukisan tersebut, dan mengungkapkannya kepada penonton di akhir
tayangan.
Dengan gaya khas film-film dokumenter, sang kameramen berusaha
menjadikan kameranya sebagai mata dari para penonton, agar bisa merasakan apa
yang dialami oleh Leonardo DiCaprio sebagai
tokoh utama. Secara keseluruhan, penonton bisa mendapatkan gambaran luas mengenai
kondisi dari lokasi-lokasi yang dikunjungi oleh Leonardo DiCaprio.
Sebagai film yang mengkritik pemanfaatan sumber energi yang
berlebihan, film ini banyak menghadirkan ulasan mengenai tokoh-tokoh yang
dianggap berpengaruh, serta pandangan mereka dalam menyikapi perubahan iklim
atau pemanasan global.
Sebagai film yang berusaha menyadarkan orang-orang, film ini
menjadikan Leonardo DiCaprio sebagai tokoh utama guna mengajak berbagai lapisan
masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam merawat dan melestarikan
lingkungan. Selain sebagai salah satu misi yang diemban Leonardo DiCaprio sebagai Duta Perdamaian, karakter Leonardo yang peduli
lingkungan dan dinilai kuat, serta berkharisma dianggap dapat menyihir penonton
untuk terus menyaksikan cerita hingga film ini berakhir. Lalu, banyaknya
tempat-tempat menarik yang ditampilkan dalam film mampu membuka mata penonton
mengenai dunia dan membuat orang-orang cukup terpana dengan pengambilan gambar
yang baik. erutama ketika menampilkan
kondisi di Kutub Utara dengan kawanan paus yang mengarungi lautan es yang
sangat luas.
Gambar
tidak hanya diambil dari tim internal, namun mengambil gambar eksklusif dari
masyarakat. Tidak berhenti sampai di situ, kekayaan informasi juga terasa dalam
film dokumenter ini. Sumber informasi didapat dari berbagai data dan narasumber
yang ahli dari berbagai bidang. Bahkan narasumber didapat dari berbagai negara,
alhasil sudut pandang sangat variatif dan menarik.
Film
ini tentunya ingin mengedukasi penduduk dunia tentang adanya Global
Warming. Sesuatu yang unik dalam film documenter ini ialah, meliput
secara langsung kejadian-kejadian diseluruh dunia yang terkena dampak dari Global
Warming. Tidak hanya itu, Natgeo juga berusaha untuk meliput
seluruh komponen yang mempunyai pengaruh dan kepentingan terhadap isu ini
seperti para ahli, politikus, ekonomis, pemuka agama, aktifis, dan lainnya. Jelas
film ini akan memberikan gambaran yang komprehensif terhadap bagaimana
memandang Global
Warming.
Namun,
dengan berbagai kelebihan atau keunggulan yang ditampilkan, tidak berarti bahwa
film ini tanpa cacat. Film ini tentu saja dapat mengundang kebosanan dari para
penonton. Terutama dengan alur cerita yang mungkin saja cukup mudah untuk
ditebak. Bagi saya pribadi, saya cukup kecewa ketika menyadari film ini tidak
menampilkan wawancara terbuka antara Leonardo DiCaprio dengan Donald Trump
mengenai pernyataan kontroversialnya yang secara terang-terangan mendukung
pemanasan global. Seandainya bila hal itu terjadi, tentu akan sangat menarik
untuk mengetahui reaksi Trump ketika dicecar pertanyaan mengenai lingkungan.
Sebab, sekali lagi, film ini berusaha mengkritik siapa saja yang tidak peduli
terhadap kelestarian lingkungan.
Komentar
Posting Komentar