KOKI TERKENAL
Pagi
itu masih gelap, bintang-bintang di langit masih terlihat terang. Namun,
disudut kota sudah terdengar suara adzan subuh. Ketika itu juga terdengar jam
berdering di samping tempat tidur yang menunjukkan pukul 04:30 am. “Ah......”
suara anak perempuan sambil mengambil jam beker yang berbunyi tadi lalu dibuang
kesudut kamar, sehingga jam berhenti berbunyi. Ini dia cewek yang penyayang,
kadang ngeselin dan pantang menyerah.
Namanya Zulfa Az-zahra. Pagi ini dia agak kesal karena malam tadi dia tidak
bisa tidur dengan lelap, sehingga dia melampiaskannya ke jam beker yang
dimilikinya. Namun, setelah itu dia tidak pergi tidur lagi tapi dia masih
bengong diatas tempat tidur.
Beberapa
menit berlalu.
Terdengar
suara dari luar pintu kamar, itu adalah suara Ibunya. “Fa bangun sudah pukul
04:40 am”. “Iya ma” sahut Zulfa yang masih membenahi rambutnya. Ibu Zulfa
adalah seorang yang penyayang dan juga sangat sabar. Setiap pagi Ibu Zulfa
adalah orang yang pertama bangun dan juga membangunkan yang lainnya.
Seketika
itu tanpa berfikir apa yang telah Dia lakukan tadi, dia langsung pergi ke kamar
mandi untuk mengambil air wudhu. Kemudian, menjalankan sholat subuh berjamaah
di masjid dekat rumahnya.
Matahari
mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur. Zulfa langsung pergi mandi dan
bersiap-siap untuk pergi ke restaurant tempatnya bekerja. Dia bekerja dari pagi
hingga malam.
“Kak,
tidak sarapan dahulu?” kata adiknya “tidak, kakak terburu-buru” sahut Zulfa.
Zulfa mempunyai adik perempuan. Namanya Riatus Zahroh. Ria masih bersekolah di
SMA, 5 tahun lebih muda dari Zulfa.
Di
restaurant tempat Zulfa bekerja, suasananya masih sepi karena restaurannya
belum dibuka dan juga masih pagi-pagi sekali belum ada yang datang kecuali
Zulfa sendiri. Zulfa datang pagi-pagi sekali karena dia ingin membuat resep
makanan baru.
Dia
mulai sibuk dengan bahan apa yang akan dipakai diresep barunya.
Zulfa
adalah seorang koki yang hebat dengan umur yang masih relatif muda. Dia dikenal
oleh semua orang karena masakannya yang luar biasa enaknya.
Ketika
masih sibuk di dapur restaurant, ada seseorang yang membuka pintu depan
restaurant, ternyata adalah teman Zulfa. Namanya Agustina. Agustina sudah tahu
bahwa Zulfa berada di dapur dan Agustina langsung menemui Zulfa.
“Assalamu’alaikum. Selamat pagi Zulfa” sapa Agustina. “wa’alaikumsalam, selamat
pagi juga Agustina” jawab Zulfa.
“Tumben
kamu pagi-pagi begini sudah datang” “iya, ini aku lagi membuat resep makanan
baru”.
“Bisa
kubantu?” tanya Agustina, “tidak usah, kamu bersih-bersih depan restaurant
saja. Ini juga akan selesai sebentar lagi” kata Zulfa menolak tawaran dari
Agustina.
Restaurant
sudah siap dibuka, semua sudah tertata rapi baik depan maupun dalam restaurant.
Seperti biasanya restaurant ini tidak sepi pengunjung, karena restaurant ini dikenal
dengan masakannya yang enak dan lezat yang sudah dimasak oleh koki profesional.
Selain itu juga harganya bisa dibilang murah.
Malam
itu, sudah sangat larut sekali. Sudah waktunya untuk menutup restaurant.
Setelah semuanya bersih,seluruh pelayan mau[un yang bekerja di restaurant itu
bisa pulang kerumah masing-masing.
“Selamat
malam semua” kata agustina kepada rekan-rekannya. “Tadi sangat melelahkan
sekali, badanku terasa capek dan tulang-tulangku rasanya mau copot” omel
Agustina dengan nada agak kesal karena tadi Agustina tidak ada henti-hentinya
melayani pelanggan. “Itukan sudah jadi tanggungan orang bekerja Tin” balas
Zulfa. Tanpa mendengarkan kata Zulfa, Agustina langsung berkata “eh itu Papa ku
sudah datang menjemput. Aku duluan ya” “iya, hati-hati di jalan” kata Zulfa.
Sementara
Zulfa masih sendirian menunggu bus lewat di halte dekat restaurant tempatnya
bekerja.
Setelah
turun dari bus dia harus berjalan menelusuri jalan kecil untuk menuju rumahnya.
Suasana malam itu sangat hening, jalan-jalan memang masih terang karena ada
lampu jalan yang menerangi. Tidak untuk suasana disekitarnya. Zulfa merasa
takut melewati jalan tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, itu satu-satunya jalan
untuk bisa sampai kerumahnya.
Tidak
seperti biasanya, malam-malam kemarin tidak sehening malam ini. Tiba-tiba dia
merasa aneh, seperti ada orang yang mengikutinya. Dan ternyata benar, ada
seorang laki-laki bertubuh besar hitam yang mencoba merebut tas yang dibawa
Zulfa ditangan kanannya. “Tolong.....tolong....tolong aku” Zulfa menjerit
dengan sekuat tenaga, dia berharap ada orang yang mendengar dan menolongnya.
“Tidak ada orang yang mendengar teriakanmu karena ini sudah larut malam, semua
orang sudah tidur” kata laki-laki bertubuh besar hitam itu.
Tiba-tiba
laki-laki bertubuh besar itu terdorong kedepan dan jatuh tersungkur yang
diakibatkan adanya pukulan dari belakang. “Ternyata ada orang yang mendengarkan
teriakanku tadi” gumam Zulfa. Laki-laki bertubuh besar itu kabur entah kemana
setelah mendapatkan beberapa pukulan. “ Terima kasih sudah menolongku, terima
kasih banyak, sekali lagi terima kasih, kalau tidak ada kamu pasti saya sudah
tamat” kata zulfa dengan panjang lebar. Ternyata orang yang menolongnya adalah
seorang laki-laki yang dilihat dari tampangnya tidak jauh berbeda dari umurnya
sekarang.
“Kebetulan
saya tadi lewat sini dan mendengarkan teriakan orang minta tolong” kata pemuda
itu. “oh, iya nama kamu siapa? Kayaknya kamu orang baru didaerah sini?”
“perkenalkan nama saya Lukman Frand, anda bisa memanggil saya Frand, saya baru
pindah sekitar 1 minggu yang lalu”. “Kamu tinggal disebelah mana?” tanya Zulfa
“tidak jauh dari sini” jawab Frand. Mereka berdua berjalan menelusuri jalan
yang sepi dan suasana yang agak mencekam. Sambil berjalan kerumah mereka
mengobrol.
Pagi
seperti biasa Zulfa pergi sholat subuh berjamaah di masjid di samping rumahnya
bersama denga ibunya. Setelah kembali dari masjid di jalan dia melihat Frand
yang baru saja sholat subuh berjamaah di masjid.
“Ternyata
dia orang islam juga” gumam Zulfa. Tidak sempat untuk menyapa Frand sudah pergi
dahulu.
Matahari
sudah banyak memancarkan cahayanya, Zulfa ingin datang terlambat ketempatnya
bekerja. Karena badanya kurang sehat akibat terlalu lelah bekerja. Awalnya dia
tidak akan pergi bekerja, melihat keadaan restaurant yang membutuhkanya, dia
memaksakan diri untuk pergi bekerja.
Pagi
itu dia belum merasakan sepenuhnya, setelah pulang dari masjid dia mulai
merasakan kelelahannya dan dia merasa tubuhnya kurang sehat.
Setelah
sampai direstaurant Zulfa bekerja seperti biasa, tapi dia terlihat pucat sekali
“ kamu tidak apa-apa?” tanya Agustina “aku baik-baik saja” jawab Zulfa. “Kamu
kelihatan pucat sekali?” kata Agustina. Tapi Zulfa menghiraukan kata-kata
Agustina dan terus bekerja.
Sehingga
suatu kejadian terjadi kuah panas yang berada dalam panci besar itu tumpah
mengenai Zulfa, tidak sempat menghindar tangan Zulfa terkena dan melepuh tak
hanya itu juga panci tersebut jatuh dan mengenai tangan kanannya juga, karena
dia berada dibawah sedang mencari kecap yang akan dimasukkan kedalam kuah
tersebut.
Akhirnya
Zulfa dibawa kerumah sakit terdekat . Zulfa tak sadarkan diri selama beberapa
jam. Ibu Zulfa ikut khawatir terhadap keselamatan anaknya. Ibunya terus
menunggu di rumah sakit sampai Zulfa sadar, Ibu Zulfa ditemani oleh Riatus adik
Zulfa.
Zulfa
ditangani baik oleh dokter disana yang kebetulan dokter tersebut adalah
tetangganya yaitu Frand.
Lukanya
lumayan parah tangan kanannya melepuh, kemungkinan besar akan membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali normal seperti semula.
Setelah
dironsen ternyata ada tulang yang patah ditangan kanannya dan akan sulit untuk
disembuhkan. Mendengar itu semua Zulfa sock serasa dunia ini runtuh. Tapi dia
yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluar.
Setelah
Zulfa sadar, sehari setelah itu Zulfa diperbolehkan pulang kerumah. “Hari ini
kamu bisa pulang kerumah” kata dokter Frand “terima kasih yang banyak karena
sudah merawatku””iya sama-sama” sahut Frand.
Sejak
kejadian itu Zulfa berhenti bekerja untuk sementara sampai tangannya sembuh total.
Restaurant itu kesulitan mencari pengganti Zulfa karena tidak ada yang sehebat
Zulfa sebagai seorang koki.
Hari-hari
telah berlalu tangan kanannya sudah sembuh dari lepuhannya, tapi dia tetap
merenungi nasib tangan kanannya yang tidak bisa digunakan secara maksimal.
Akhirnya dia hanya duduk termenung didalam kamar. Dia mendengar kabar bahwa
resataurant tempatnya bekerja mulai sepi pelanggan karena koki penggantinya
kurang profesional dan masakan-masakan yang dihasilkan kurang memuaskan para
pelanggan.
Adanya
kejadian itu hati Zulfa mulai tergerak untuk melakukan terapi. Dia pergi ke
rumah sakit tempatnya dirawat dulu. Dia ingin tanganya kembali normal dan juga
ingin memasak makanan yang enak lagi.
Ibunya
bersyukur karena selama ini upaya untuk membujuk Zulfa melakukan terapi telah
berhasil.
Setelah
kejadian itu Ibu Zulfa telah menyuruh Zulfa untuk melakukan terapi tapi Zulfa
tidak pernah mau untuk melakukan terapi. Sampai dokter Frand juga pernah
membujuknya namun tetap tak berhasil.
Pagi
itu Zulfa bicara pada ibunya bahwa dia mau melakuksn terapi. Ibunya langsung
beranjak dari tempat duduknya setelah mendengar kata-kata anaknya tadi.
Tidak
berapa lama kemudian Zulfa dan Ibunya pergi ke rumah sakit. Ibunya menyuruh
dokter Frand untuk bisa membantunya. “Dokter, Zulfa akhirnya mau menjalankan
terapi ini, tolong berikan yang terbaik buat anak saya” kata ibunya “iya pasti,
saya akan memberikan yang terbaik untuk putri ibu” sahut Frand.
Zulfa
tertib melakukan terapi. Hingga akhirnya ada ketertarikan diantara keduanya.
Setelah
dua bulan Zulfa menjalankan terapi, akhirnya dia bisa sembuh total. Tangan
kanannya kembali normal dan dapat di gerakkan seperti dulu.
Dia
mulai bekerja lagi di restaurant tempatnya bekerja. Semua senang bisa melihat
Zulfa seperti sedia kala.
Sehingga
perlahan-lahan restaurant kembali terkenal seperti semula. Karena
masakan-masakan Zulfa sudah kembali lagi bahkan lebih jauh enaknya dari yang
kemarin.
Pada
suatu hari keluarga Frand pergi kerumah Zulfa dengan niat ingin melamarnya. Dan
keluarga zulfa juga menerimanya. Akhirnya mereka berdua menikah.
END!!!!...
J
J
By: Fujiwara Izumi (jum’at, 2 oktober 2015)
Komentar
Posting Komentar